31 Agustus 2008

CALON CALON ROIS UMAT

Sudah saatnya umat Islam menyodorkan calon-calon pemimpinnya. Bukan saatnya lagi umat Islam memilih pemimpin asongan yang disodorkan media massa.

Dulu banyak kalangan berharap Amien Rais bisa menjadi rois umat. Apalagi kesempatan itu benar-benar di depan mata ketika dia memimpin poros tengah. Sayangnya dia tak berani mengambil kesempatan itu dan justru menyerahkannya kepada Gus Dur. Belakangan kemudian dia mencalonkan diri sebagai presiden, tapi keok. Kesem-patan memang tak datang untuk yang kedua. Sekarang namanya mulai diasong-kan kembali oleh beberapa kalangan. Namun berbagai kalangan mulai resisten dengannya akibat sepak terjangnya yang justru menyakitkan, salah satunya dengan pembelaannya terhadap Ahmadiyah.

Di luar Amien Rais, sebenarnya umat Islam memiliki calon-calon pemimpin yang layak memimpin negeri Muslim terbesar ini. Memang calon-calon ter-sebut jarang ditayangkan oleh media massa karena politik media yang tidak berpihak kepada Islam. Namun kiprah mereka cukup dikenal di tengah belantara politik Indonesia. Yang lebih penting, mereka ini selain mempunyai talenta memimpin juga memiliki komitmen yang kuat terhadap Islam. Mereka ini bisa menjadi calon alternatif pemimpin negeri ini dan layak diadu dengan calon pemimpin asongan yang sudah ada.

Siapa saja mereka? Ada beberapa nama yang bisa disodorkan. Antara lain Habib Rizieq Syihab, Munarman, MS Kaban, Muhammad Al Khaththath, Hidayat Nur Wahid, Gamawan Fauzi, Lukman Hakiem Saefuddin, dan Adyaksa Dault. Lepas dari dikotomi tua dan muda, mereka ini tergolong orang-orang muda. Berikut ini perihal mereka.

Habib Rizieq Syihab. Namanya tentu tak asing lagi. Dialah Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI). Komitmen-nya terhadap Islam tak perlu ditanyakan lagi. Dengan komitmennya ini, dia membentuk organisasi massa yang disorot oleh berbagai kalangan termasuk pengamat luar negeri karena dianggap radikal. Pembelaannya terhadap Islam dilakukan dengan melancarkan amar ma'ruf nahyi munkar. Berbagai tempat hiburan pun dilabraknya di bulan Rama-dhan karena polisi tak mau bertindak menutupnya. Perlawanannya terhadap penodaan agama sangat gigih. Ahmadi-yah menjadi salah satu contohnya. Tak heran, dia kini harus mendekam di penjara karena dianggap terlibat dalam insiden Monas 1 Juni lalu, meski dia tak tahu menahu soal insiden tersebut. “Jangankan dipenjara, nyawapun rela kami serahkan kalau demi menjaga kemurnian akidah Islam,” katanya beberapa kali.

Munarman SH. Dia adalah aktivis tulen. Sejak di kampus kedekatannya dengan orang-orang tertindas tak perlu diragukan. Dia berada di garda terdepan dalam membela orang-orang kecil. Laki-laki kelahiran Palembang ini dikenal cukup berani. Itulah yang mengantarkan-nya kemudian menjadi Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Palembang. Puncak karirnya adalah Ketua Dewan Pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBHI), sebelum akhirnya dia mengundurkan diri karena berbeda prinsip dengan Adnan Buyung Nasution, dedengkot YLBHI. Sentuhannya dengan berbagai aktivis Islam telah mengubah hidupnya. Dia yang semula dikenal sosialis berubah menjadi pembela Islam yang berani. Ini karena dia sangat tahu betul musuh-musuh Islam tersebut. Dia kini sangat mengimpikan bisa mati syahid dalam rangka membela Islam. Dinding penjara yang membatasinya kini gara-gara dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap insiden Monas tak membuat Panglima Komando Laskar Islam ini luntur semangat.

MS Kaban. Dia adalah Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) yang juga menjadi Menteri Kehutanan. Meski kini dia disorot karena dianggap terlibat dalam kasus aliran dana BI dan alih fungsi hutan di Pelelawan, semangatnya untuk membela Islam cukup kuat. Melalui partainya itu, Kaban ingin syariat Islam diterapkan di negeri ini sebagaimana cita-cita para pendahulunya yang ada di Masyumi.

Muhammad Al Khaththath. Namanya mencuat sejak menjadi Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI). Ketua DPP Hizbut Tahrir Indo-nesia (HTI) ini hari-harinya diisi dengan dakwah dan perjuangan politik. Melalui tangannya, FUI bisa berkembang seperti sekarang dan menjadi entitas politik baru di Indonesia. Keberadaan FUI menjadi sorotan lawan maupun kawan. FUI berhasil menyatukan berbagai ormas dengan berbagai latar belakang menjadi entitas yang terorganisasi dalam gerak. FUI tampil di garda paling depan dalam membela kepentingan Islam dan kaum Muslimin.

Hidayat Nur Wahid. Sosoknya cukup dikenal karena kini dia menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelumnya dia pernah menjabat Presiden Partai Keadilan Sejahtera. Dia adalah salah satu lulusan Ponpes Gontor Ponorogo dan kemudian melanjutkan studi di Madinah. Kiprahnya di dunia politik mulai kelihatan sejak dia memimpin PKS.

Gamawan Fauzi. Namanya me-mang jarang terdengar. Maklum dia adalah orang daerah. Dua kali dia menjabat sebagai Bupati Solok, Sumatera Barat. Saat ini dia diamanahi menjadi Gubernur Sumatera Barat. Gamawan yang memulai karir pegawai negeri dari bawah ini dinilai berhasil menata sistem birokrasi bagi terciptanya pemerintahan yang baik dan bersih di Solok. Gamawan berhasil menekan kerugian daerah akibat praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkaran birokrasi pemerin-tahan semasa menjabat bupati. Resep tersebut juga dia terapkan dalam menakhodai Sumbar. Dia mungkin termasuk salah satu dari sedikit birokrat di Indonesia yang mengerti denyut nadi masyarakat yang dipimpinnya. Gamawan memegang prinsip bahwa jabatan adalah ibadah.

Lukman Hakiem Saefudin. Dia adalah anak seorang kyai NU terkenal, KH Saefudin. Kiprahnya di panggung politik nasional banyak dihabiskan bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di partai ini Lukman yang berpenampilan kalem ini pun cukup berpengaruh. Dia kini salah satu Ketua DPP PPP.

Adyaksa Dault. Dia adalah anak pengacara terkenal HM Dault. Namanya mulai dikenal ketika dia menjabat sebagai Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Dia kini menjadi Men-teri Negara Pemuda dan Olahraga sebagai perwakilan dari Partai Keadilan Sejah-tera.


Pemimpin Ideal

Dalam ajaran Islam, pemimpin me-nempati posisi sangat penting. Tak heran Rasulullah SAW menegaskan: “Apabila berangkat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antaranya menjadi pemimpin” (HR. Abu Dawud). Beberapa ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan eksistensi pemimpin di antaranya adalah: Q.S. Al-Baqarah: 124, Al-Anbiya: 72-73, dan sebagainya.

Menurut Islam, seorang pemimpin dituntut mampu menampilkan kepriba-dian yang ber-Akhlaqul Karimah (me-miliki moralitas yang baik), Qona'ah (sederhana), dan Istiqomah (konsis-ten/tidak ambivalen). Sedangkan ber-dasarkan suri tauladan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah: siddiq artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan. Fathonah artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan profesional. Amanah artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel. Tabligh artinya senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif. Dan yang terpenting dari semua itu, para calon penguasa ini memiliki tekad untuk menerapkan Islam secara sempurna (kaffah) berdasarkan Alquran dan Sun-nah. Mereka berani mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah tanpa takut terhadap siapapun kecuali Allah SWT.

Hanya orang-orang yang memenuhi kriteria tersebut yang akan bisa meng-ubah kondisi negeri yang terpuruk ini menjadi negara besar dan diridlai Allah. Sebaliknya, calon pemimpin yang terje-bak atau terperangkap dalam kepen-tingan partai atau kelompok, dan isme-isme sempit seperti daerahisme, suku-isme, golongan-isme dan sebagainya akan menjadikan kekuasaan sebagai ladang kepentingan diri dan golongannya. Model pemimpin pragmatis ini akan mudah 'dikendalikan' oleh pihak lain, termasuk asing, karena mereka tidak memiliki idealisme apalagi ideologi yang berdasar-kan tuntunan ilahi. [mujiyanto/www.suara-islam.com]

0 komentar: